Ini BUKAN hujan di bulan Juni (2)

Awal juni
Tidak hujan saat ini
Hanya panas yang mendominasi<br>Juga kabar tentangmu hari ini

Dunia seakan terbalik
Mungkin saja sudah terbalik
Atau hanya rumor yang membuatnya seakan terbalik
Hingga benar-benar terbalik

Puisi singkat ini ternyata membuatku tersadar bahwa ada yang masih harus aku revisi dalam diriku. Aku baru saja selesai membaca buku Rahasia Magnet Rezeki bab “Spiritual meter”, dan langsung berasa ujian di tempat.

Siang ini, di sebuah cafe di tengah kota. Aku iseng membalas chat kawan lamaku. Ngobrol sebentar seakan saling menggoda kawan lama, lalu pembicaraan kita berubah. Aku mendengar tentangmu.

Mendengar kabar beritamu, hatiku menjadi teriris. Air mata seakan tanpa komando, keluar begitu saja. Sehingga membuat ku berkaca-kaca. Abasement mendadak muncul dan menampakkan diri. Sepertinya keegoisan ku mulai menyalahkanku. Satu per satu energi negatif menyeruak, keluar dari sarangnya. Suara terbesar yang terdengar dalam diri adalah, “Aku dimana?” Apa yang sudah aku lakukan selama ini ?

Seolah aku tidak ada saat kawanku dalam duka. Seolah aku hanya ada saat bahagia melanda.

Namun sisi lain diriku berkata, dulu kawanmu tidak butuh dirimu. Dan kamu tidak butuh dirinya, mungkin sekarang saatnya.

Namun…….coba diam dulu sesaat.

Atur nafas dan tenangkan dirimu. Pindah posisi dudukmu, nikmati kopimu dulu. Setelah merasa lebih tenang, coba tanyakan lagi pada dirimu. Apakah ini benar rasa rindu? Apakah ini benar rasa empati?&nbsp; Atau spiritual metermu sedang diadu? Saat ini, bergeser ke arah mana jarumnya? Benarkah&nbsp; ini rasa kasihan, atau perasaan sombong yang perlu diakui keberadaannya?

Kamu ingin bertemu kawan karena rindu atau hanya ingin menunjukkan dirimu? Dari zero to hero ??? Coba tanyakan lagi.

 

Bober Cafe
SBY, 1 Juni 2021

Ini BUKAN hujan di bulan Juni

Ini awal Juni

Melihatmu
Memaksa anganku ke masa lalu
Ketika otak bodoh masih mengharu biru
Dan logika cenderung membisu

Melayang jauh pikiranku
Mengapa semesta seolah tidak memihak mu
Atau itu pilihan hidupmu
Kawanku, aku terharu mendengar kabarmu

Jantungku bekerja tak tentu arah
Nada di dadaku bersuara tanpa jeda
Hatiku meleleh walau tanpa pemanas
Bukan hujan kawan, hanya air mata

Maaf kawanku
Ternyata, air mata ini bukan untukmu
Aku berduka untuk diriku
Empati ini milikku

Duka ini sebenarnya untukku
Luka ini menganga untukku
Perih ini diiris untukku
CintaNYA ini untukku

Ceritamu
Kisahmu
Membuatku tahu
Cintaku untukNYA
Masih salah arah

– Siang hari di Bober Cafe –
Surabaya, 1 Juni 2021