Manusia dan masalah

 

Setiap itu beda, Setiap orang itu unik

Ketika dengan menulis bisa meringankan bebanmu, maka menulislah.

Ketika dengan bercerita bersama sahabat, bisa meredakan amarahmu, maka berceritalah.

Ketika dengan berdiam diri dalam kamar, bisa menenangkan jiwamu, maka berdiam dirilah.

Ketika dengan bersujud mampu membuatmu semakin yakin dan tenang, maka bersujudlah.

Dan……

Ketika setiap manusia memilih untuk punya caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah, maka hargailah.

 

Kuni, 24 Juni 2021

Kak Nitnit

Kamu Salah, Kamu Gak Boleh Gitu…

Saat fokus kerjakan tulisan yang sudah diambang deadline. Gak sengaja mendengar obrolan pengunjung (laki & perempuan) yang duduk dibelakangku. (NGOBROLnya kenceng banget, kaya ngobrol dirumah aja. Jadi aku bisa mendengar semuanya dengan jelas) πŸ˜†πŸ˜€.

Singkat cerita, yang pengunjung laki curhat tentang pasangannya ke teman perempuannya. Curhatnya baru juga 10 menit, ternyata obrolan langsung diambil alih oleh temannya. Dari awal hingga hampir 1 jam berlalu, yang pengunjung perempuan selalu menggunakan kata-kata “…kamu salah, kamu gak boleh gitu, kamu seharusnya…”. Pengunjung laki sepertinya lama terdiam. Karena yang terdengar hanya suara pengunjung perempuan. Semoga yang pengunjung laki tidak pernah terpikir untuk menyesal dengan keputusannya. Curhat dengan orang yang salah. Ah, udah deh ceritanya. Lanjut fokus kerjaan aja. Kalo yang mau fokus kebahagiaan keluarga dan pasangan, langsung follow aja Kata Okta Kartika .
Ini BUKAN hujan di bulan Juni (2)

Awal juni
Tidak hujan saat ini
Hanya panas yang mendominasi<br>Juga kabar tentangmu hari ini

Dunia seakan terbalik
Mungkin saja sudah terbalik
Atau hanya rumor yang membuatnya seakan terbalik
Hingga benar-benar terbalik

Puisi singkat ini ternyata membuatku tersadar bahwa ada yang masih harus aku revisi dalam diriku. Aku baru saja selesai membaca buku Rahasia Magnet Rezeki bab “Spiritual meter”, dan langsung berasa ujian di tempat.

Siang ini, di sebuah cafe di tengah kota. Aku iseng membalas chat kawan lamaku. Ngobrol sebentar seakan saling menggoda kawan lama, lalu pembicaraan kita berubah. Aku mendengar tentangmu.

Mendengar kabar beritamu, hatiku menjadi teriris. Air mata seakan tanpa komando, keluar begitu saja. Sehingga membuat ku berkaca-kaca. Abasement mendadak muncul dan menampakkan diri. Sepertinya keegoisan ku mulai menyalahkanku. Satu per satu energi negatif menyeruak, keluar dari sarangnya. Suara terbesar yang terdengar dalam diri adalah, “Aku dimana?” Apa yang sudah aku lakukan selama ini ?

Seolah aku tidak ada saat kawanku dalam duka. Seolah aku hanya ada saat bahagia melanda.

Namun sisi lain diriku berkata, dulu kawanmu tidak butuh dirimu. Dan kamu tidak butuh dirinya, mungkin sekarang saatnya.

Namun…….coba diam dulu sesaat.

Atur nafas dan tenangkan dirimu. Pindah posisi dudukmu, nikmati kopimu dulu. Setelah merasa lebih tenang, coba tanyakan lagi pada dirimu. Apakah ini benar rasa rindu? Apakah ini benar rasa empati?&nbsp; Atau spiritual metermu sedang diadu? Saat ini, bergeser ke arah mana jarumnya? Benarkah&nbsp; ini rasa kasihan, atau perasaan sombong yang perlu diakui keberadaannya?

Kamu ingin bertemu kawan karena rindu atau hanya ingin menunjukkan dirimu? Dari zero to hero ??? Coba tanyakan lagi.

 

Bober Cafe
SBY, 1 Juni 2021

Ini BUKAN hujan di bulan Juni

Ini awal Juni

Melihatmu
Memaksa anganku ke masa lalu
Ketika otak bodoh masih mengharu biru
Dan logika cenderung membisu

Melayang jauh pikiranku
Mengapa semesta seolah tidak memihak mu
Atau itu pilihan hidupmu
Kawanku, aku terharu mendengar kabarmu

Jantungku bekerja tak tentu arah
Nada di dadaku bersuara tanpa jeda
Hatiku meleleh walau tanpa pemanas
Bukan hujan kawan, hanya air mata

Maaf kawanku
Ternyata, air mata ini bukan untukmu
Aku berduka untuk diriku
Empati ini milikku

Duka ini sebenarnya untukku
Luka ini menganga untukku
Perih ini diiris untukku
CintaNYA ini untukku

Ceritamu
Kisahmu
Membuatku tahu
Cintaku untukNYA
Masih salah arah

– Siang hari di Bober Cafe –
Surabaya, 1 Juni 2021

Setahun itu Kemarin

Rasanya memang seperti kemarin, bukankah kejadiannya emang kemarin ya. Ah, memang mudah mengatakan taktala&nbsp; masanya sudah terlewati. Coba saja jika masih mengalami dan masih terbelenggu, pasti yang dirasa akan berbeda. Berat, sesak, lelah, resah dan tinggal selangkah menuju ke putus asa.

Memang sih, perasaan seperti itu wajar. Jika masih mengalami, seakan-akan hidup ini buntu tanpa adanya pintu keluar. Namun saat sudah berhasil melaluinya, seakan-akan ada perasaan meremehkan. Ah, ternyata tidak seberat yang aku kira ya. Setahun sih mengalaminya namun ternyata rasanya seperti kemarin aja ya.

Manusia memang makhluk yang egois. Maunya sendiri. Bahkan sampai terkadang mulai mengatur Kehendak Sang Pencipta.

Setahun itu kemarin. Sebulan itu esok. Jalani dan nikmati. Karena berkatNya melimpah.

Dulu yang selalu berpikir untuk punya tabungan. Dan setiap akan menabung selalu saja ada alasan, sehingga urung menabung. Sekarang malah punya tabungan. Dan asyiknya lagi, saat ini malah punya pemikiran baru. Kumpulin uang untuk 3 bulan kedepan. Karena hidup bukan lagi untuk hari ini dan esok.

Setahun itu kemarin. Sebulan itu esok. Jalani dan nikmati. Karena berkatNya meluber.

Dulu setiap berdoa selalu menyisipkan pokok doa supaya bebas hutang. Pengennya semuanya serba dibayar cash. Liburan bayarnya cash, beli baju bayarnya cash, dll. Eh, ternyata sekarang ini semuanya sudah tercapai. Sekarang semuanya serba cash belinya, semua selalu cash bayarnya. Cara berpikirnya pun harus cash kalo mau sesuatu.

Satu per satu pokok doa mulai dikabulkan. Satu per satu impian sudah digenggam. Satu per satu cita-cita terwujud dengan indah. Dan satu per satu…………….ya satu per satu. Sesuai dengan waktuNya. Sesuai dengan butuhnya kita. Sesuai dan terwujud dengan indah.

Setahun itu kemarin.

Hari ini minta apa ya ?